Contoh Makalah Perkembangan Perserta Didik
Monday, March 2, 2015
Berlangganan

Contoh Makalah Perkembangan Perserta Didik

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk mendewasakan anak yang dilakukan oleh orang dewasa. Dalam proses mendewasakan anak itu tidak serta merta berjalan tanpa hambatan, banyak masalah yang timbul dari peserta didik yang bermasalah. Oleh karena itu, perlu adanya analisis terhadap hal yang melatarbelakangi masalah yang timbul dari peserta didik.
Untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik tersebut tidak lepas dari bimbingan dan pengawasan guru secara langsung berinteraksi dengan peserta didik. Untuk itu mudah-mudahan makalah ini dapat membantu memecahkan masalah dalam membimbing anak yang bermasalah.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
  • Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
  • Mengetahui penyebab dan permasalahan peserta didik yang bermasalah di SDN Dadaha 2.
  • Mendiagnosa penyebab timbulnya permasalahan peserta didik.
  • Mencarikan solusi terhadap permasalahan yang ada pada peserta didik.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Identifikasi Masalah
Masalah yang selalu dikeluhkan orang tua tentang anak mereka seakan-akan tidak pernah berakhir. Taraf pertumbuhan dan perkembangan telah menjadikan perubahan pada diri anak. Perubahan perilaku tidak akan menjadi masalah bagi orang tua apabila anak tidak menunjukkan tanda penyimpangan. Akan tetapi, apabila anak telah menunjukkan tanda yang mengarah ke hal negatif akan membuat cemas bagi sebagian orang tua.
Menurut Al-Istambuli “Kecemasan orang tua disebabkan oleh timbulnya perbuatan negatif anak yang dapat merugikan masa depannya". Kekhawatiran orang tua ini cukup beralasan sebab anak kemungkinan akan berbuat apa saja tanpa berpikir risiko yang akan ditanggungnya. Biasanya penyesalan baru datang setelah anak menanggung segala risiko atas perbuatannya. Keadaan ini tentu akan mengancam masa depannya.
Sedangkan menurut Prayitno “... sumber-sumber permasalahan pada diri siswa banyak terletak di luar sekolah." Hal ini disebabkan oleh anak lebih lama berada di rumah daripada di sekolah. Karena anak lebih lama berada di rumah, orang tualah yang selalu mendidik dan mengasuh anak tersebut.
Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak. Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik. Artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.
Menurut Clemes bahwa terjadinya penyimpangan perilaku anak disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal. Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat dari keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari orang tua dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi "masalah" kemungkinan terjadi akibat dari tidak  berfungsinya sistem sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas perlakuan lingkungan terhadap dirinya.
Penanganan terhadap perilaku anak yang menyimpang merupakan pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu jiwa dan pendidikan. Orang tua dapat saja menerapkan berbagai pola asuh yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga. Apabila pola-pola yang diterapkan orang tua keliru, maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik, bahkan akan mempertambah buruk perilaku anak.
Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Ini disebabkan oleh orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak.
Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak setelah ia menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara ia waktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar main dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak menjadi dewasa.
Di dalam mengasuh anak terkandung pula pendidikan, sopan santun, membentuk latihan-latihan tanggung jawab dan sebagainya. Di sini peranan orang tua sangat penting, karena secara langsung ataupun tidak orang tua melalui tindakannya akan membentuk watak anak dan menentukan sikap anak serta tindakannya di kemudian hari.
Masing-masing orang tua tentu saja memiliki pola asuh tersendiri dalam mengarahkan perilaku anak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat, dan sebagainya. Dengan kata lain, pola asuh orang tua petani tidak sama dengan pedagang. Demikian pula pola asuh orang tua berpendidikan rendah berbeda dengan pola asuh orang tua yang berpendidikan tinggi. Ada yang menerapkan dengan pola yang keras/kejam, kasar, dan tidak berperasaan. Namun, ada pula yang memakai pola lemah lembut, dan kasih sayang. Ada pula yang memakai sistem militer, yang apabila anaknya bersalah akan langsung diberi hukuman dan tindakan tegas (pola otoriter). Bermacam-macam pola asuh yang diterapkan orang tua ini sangat bergantung pada bentuk-bentuk penyimpangan perilaku anak.
Orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anaknya. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh akan membawa akibat buruk bagi perkembangan jiwa anak. Tentu saja penerapan orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana atau menerapkan pola asuh yang setidak-tidaknya tidak membawa kehancuran atau merusak jiwa dan watak seorang anak.
Peserta didik bermasalah adalah seseorang yang memiliki masalah lebih banyak atau lebih mendalam yang menjadikan dia mederita karenanya. Pada dasarnya peserta didik memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku yang bermasalah yang kronis (Mulyono Abdurrahman)
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDN Dadaha 2, diketahui ada salah satu peserta didik yang dianggap bermasalah. Menurut narasumber yaitu wali kelas 2, SDN Dadaha 2 didapat data mengenai identitas sekolah dan identitas peserta didik yang bermasalah beserta perilaku-perilaku yang menyimpang sebagai berikut:
Identitas Sekolah
Nama Sekolah                               : SDN Dadaha 2
Status                                            : Negeri
Alamat                                          : Jalan Dadaha No. 2
Kecamatan                                                : Tawang
Kota                                              : Tasikmalaya
Kode Pos                                      : 46115
Kelurahan                                      : Kahuripan
Propinsi                                         : Jawa Barat
Nomor Statistik                             : 101327778016

Identitas anak yang berpenyimpangan perilaku:
1.      Identitas
a.       Data Pribadi                                             
Nama                                             : Fahril M. Hamdani
Kelas                                             : 2
Agama                                           : Islam
Tempat Tanggal Lahir                   : Cikalang Girang
Jarak dari rumah ke sekolah          : 500m
b.      Data Orang Tua   
Nama Ayah                                   : Ahmad Nasihin
Tempat Tanggal Lahir                   : 02 Januari 1978
Agama                                           : Islam
Pendidikan Terakhir                      : SMA
Pekerjaan                                       : Wiraswasta
2.      Keadaan Fisik Anak
Fahril memiliki porsi tubuh yang kecil tapi walaupun begitu, ia termasuk salah satu anak yang ditakuti oleh teman-temannya terutama anak perempuan.
3.      Aktivitas Belajar Anak di Kelas
Pada saat pembelajaran berlangsung, Fahril mengikutinya dengan baik, akan tetapi pada saat guru memberikan soal-soal latihan, Fahri tidak melaksanakannya dengan baik. la selalu mengganggu teman-temannya     walaupun     teman-temannya     itu     sedang mengerjakan tugas.
4.      Masalah yang Dihadapi Anak
Menurut sumber yang penulis wawancarai dan melihat secara langsung masalah yang dihadapi Fahril diantaranya:
§  Tidak bisa membedakan mana yang bagus dan mana yang jelek, mana yang hams dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
§  Jarang mengerjakan tugas yang diberikan guru
§  Anak tidak bisa menahan atau menguasai emosinya
§  Sering mengganggu teman-teman sebayanya. Misalnya, dia suka mengolok-olok/mengejek teman-temannya dengan menyebut nama orang tua dari temannya, tidak hanya itu, dia juga  seka  mengolok-olok  ayah  temannya.   Ketika pelajaran   sedang   berlangsung   pun   ia   suka   membuat kegaduhan/keributan.

2.2  Diagnosa / Penyebab Timbulnya Masalah
Dari gambaran di atas, ditakutkan anak tersebut :
  • Tidak  konsentrasi   dalam  belajar  sehingga  mengakibatkan   prestasinya menurun
  • Tidak disukai oleh teman-temannya sehingga bisa menyebabkan anak tersebut terisolir

Bila dilihat dari aktivitas belajarnya di kelas, ia tidak terlalu menyukai tugas yang terstruktur, ia cenderung malas mengerjakan tugas sehingga mengganggu teman yang lain. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan ia tidak mengerjakan tugas yaitu kurang adanya percaya diri dalam diri sehingga tidak berani untuk berusaha semaksimal mungkin mengerjakan tugas dan kedua ia merasa terlalu terbebani oleh tugas-tugas tersebut, hal ini dilihat dari aktivitas belajarnya yang cukup baik bila guru sedang menerangkan ataupun menyampaikan materi ajar.

2.3  Solusi/Cara Penanggulangan yang Dilakukan
1.        Dari Guru
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada wall kelas dari kelas 2, beliau memberikan solusi yang dilakukannya selama ini, yakni:
§  Melakukan bimbingan ketika jam pelajaran dengan memberikan motivasi pada siswa agar mengerjakan tugas
§  Memberikan hukuman yang mendidik bila tidak mengerjakan tugas.

2.        Dari Penulis
Setelah menanggapi hal/peristiwa di atas maka penulis memberikan solusi berdasarkan hasil pemikiran dan membaca beberapa sumber buku, yaitu :
§  Harus ada bimbingan individu terhadap siswa tersebut berupa motivator
§  Mengurangi beban tugas ataupun pekerjaan rumah kepada siswa, hal ini ditimbang dari psikologi perkembangan peserta didik yang masih duduk di kelas rendah yaitu kelas 2
§  Memberi perhatian dan melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut
§  Bertindak tegas terhadap siswa tersebut dengan hukuman yang mendidik disamping mengurangi beban tugas kepada peserta didik.

2.4  Tindak Lanjut dan Evaluasi
Berdasarkan data perkembangan akademik Fahril dari kelas 1 sampai sekarang, mengalami penurunan. Tugas yang diberikan guru banyak yang tidak dikumpulkan sehingga mempengaruhi nilai. Setelah dilakukan bimbingan oleh guru atau wali kelasnya, Fahril belum menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini mendorong penulis untuk menerapkan solusi yang telah dipaparkan di atas. Setelah beberapa minggu kemudian, penulis mendapat laporan dari wali kelasnya bahwa Fahril mengalami sedikit kemajuan. Walaupun sedikit namun menurut wali kelasnya, diharapkan dalam jangka waktu yang lebih lama perilaku Fahril akan mengalami peningkatan.


BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik yang bermasalah tidak lepas dari bimbingan dan pengawasan guru secara langsung berinteraksi dengan peserta didik. Faktor-faktor penyebab perilaku bermasalah diantaranya: Faktor internal dan eksternal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam menganalisis permasalahan peserta didik.
Setelah melaksanakan observasi, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar Fahril yang bermasalah di kelas disebabkan oleh beban tugas yang terlalu berat menurut dirinya. Padahal teman yang lain tidak terlalu merasa dibebani. Solusi yang ditawarkan penulis cukup memberikan hasil yang baik.

3.2  Saran
Penulis menyarankan bahwa guru harus mempertimbangkan perkembangan peserta didik. Tidak terpaku pada target kurikulum saja yang menyebabkan guru membebani peserta didik yang belum siap menerima beban yang terlalu berat. Disamping itu bimbingan harus dilakukan bagi setiap peserta didik, tidak hanya diperuntukkan bagi yang bermasalah saja tetapi yang tidak memiliki masalah pun harus mendapatkan bimbingan.


DAFTARPUSTAKA


Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Bahri Djamarah, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : PT. Rineka ARTA.
Nurohsan, Juntika. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.
Mappiarre, Andi. 2004. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.