BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk
mendewasakan anak yang dilakukan oleh orang dewasa. Dalam proses mendewasakan
anak itu tidak serta merta berjalan tanpa hambatan, banyak masalah yang timbul
dari peserta didik yang bermasalah. Oleh karena itu, perlu adanya analisis
terhadap hal yang melatarbelakangi masalah yang timbul dari peserta didik.
Untuk menyelesaikan permasalahan peserta
didik tersebut tidak lepas dari bimbingan dan pengawasan guru secara langsung
berinteraksi dengan peserta didik. Untuk itu mudah-mudahan makalah ini dapat
membantu memecahkan masalah dalam membimbing anak yang bermasalah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
- Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
- Mengetahui penyebab dan permasalahan peserta didik yang bermasalah di SDN Dadaha 2.
- Mendiagnosa penyebab timbulnya permasalahan peserta didik.
- Mencarikan solusi terhadap permasalahan yang ada pada peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Masalah
Masalah yang selalu dikeluhkan orang tua
tentang anak mereka seakan-akan tidak pernah berakhir. Taraf pertumbuhan dan
perkembangan telah menjadikan perubahan pada diri anak. Perubahan perilaku
tidak akan menjadi masalah bagi orang tua apabila anak tidak menunjukkan tanda
penyimpangan. Akan tetapi, apabila anak telah menunjukkan tanda yang mengarah
ke hal negatif akan membuat cemas bagi sebagian orang tua.
Menurut Al-Istambuli “Kecemasan orang
tua disebabkan oleh timbulnya perbuatan negatif anak yang dapat merugikan masa
depannya". Kekhawatiran orang tua ini cukup beralasan sebab anak
kemungkinan akan berbuat apa saja tanpa berpikir risiko yang akan
ditanggungnya. Biasanya penyesalan baru datang setelah anak menanggung segala
risiko atas perbuatannya. Keadaan ini tentu akan mengancam masa depannya.
Sedangkan menurut Prayitno “...
sumber-sumber permasalahan pada diri siswa banyak terletak di luar
sekolah." Hal ini disebabkan oleh anak lebih lama berada di rumah daripada
di sekolah. Karena anak lebih lama berada di rumah, orang tualah yang selalu
mendidik dan mengasuh anak tersebut.
Dalam mengasuh anak orang tua bukan
hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan
membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak. Pendapat tersebut merujuk pada
teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik.
Artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan.
Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka
sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini
dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.
Menurut Clemes bahwa terjadinya
penyimpangan perilaku anak disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak
dengan orang tua. Hal ini terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah
sama dalam segala hal. Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat
dari keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari
orang tua dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi
"masalah" kemungkinan terjadi akibat dari tidak berfungsinya sistem sosial di lingkungan
tempat tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas
perlakuan lingkungan terhadap dirinya.
Penanganan terhadap perilaku anak yang
menyimpang merupakan pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu
jiwa dan pendidikan. Orang tua dapat saja menerapkan berbagai pola asuh yang
dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga. Apabila pola-pola yang diterapkan orang
tua keliru, maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik, bahkan akan
mempertambah buruk perilaku anak.
Anak tumbuh dan berkembang di bawah
asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan
mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di
lingkungannya. Ini disebabkan oleh orang tua merupakan dasar pertama bagi
pembentukan pribadi anak.
Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat
erat hubungannya dengan kepribadian anak setelah ia menjadi dewasa. Hal ini
dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya
sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat
awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh
cara-cara ia waktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar main
dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat dominan
dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak menjadi dewasa.
Di dalam mengasuh anak terkandung pula
pendidikan, sopan santun, membentuk latihan-latihan tanggung jawab dan
sebagainya. Di sini peranan orang tua sangat penting, karena secara langsung
ataupun tidak orang tua melalui tindakannya akan membentuk watak anak dan
menentukan sikap anak serta tindakannya di kemudian hari.
Masing-masing orang tua tentu saja
memiliki pola asuh tersendiri dalam mengarahkan perilaku anak. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua, mata pencaharian hidup,
keadaan sosial ekonomi, adat istiadat, dan sebagainya. Dengan kata lain, pola
asuh orang tua petani tidak sama dengan pedagang. Demikian pula pola asuh orang
tua berpendidikan rendah berbeda dengan pola asuh orang tua yang berpendidikan
tinggi. Ada yang menerapkan dengan pola yang keras/kejam, kasar, dan tidak
berperasaan. Namun, ada pula yang memakai pola lemah lembut, dan kasih sayang.
Ada pula yang memakai sistem militer, yang apabila anaknya bersalah akan
langsung diberi hukuman dan tindakan tegas (pola otoriter). Bermacam-macam pola
asuh yang diterapkan orang tua ini sangat bergantung pada bentuk-bentuk
penyimpangan perilaku anak.
Orang tua dapat memilih pola asuh yang
tepat dan ideal bagi anaknya. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh akan
membawa akibat buruk bagi perkembangan jiwa anak. Tentu saja penerapan orang
tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana atau menerapkan pola
asuh yang setidak-tidaknya tidak membawa kehancuran atau merusak jiwa dan watak
seorang anak.
Peserta didik bermasalah adalah
seseorang yang memiliki masalah lebih banyak atau lebih mendalam yang
menjadikan dia mederita karenanya. Pada dasarnya peserta didik memiliki
masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak
selamanya menimbulkan perilaku yang bermasalah yang kronis (Mulyono Abdurrahman)
Berdasarkan observasi yang dilakukan di
SDN Dadaha 2, diketahui ada salah satu peserta didik yang dianggap bermasalah.
Menurut narasumber yaitu wali kelas 2, SDN Dadaha 2 didapat data mengenai
identitas sekolah dan identitas peserta didik yang bermasalah beserta
perilaku-perilaku yang menyimpang sebagai berikut:
Identitas Sekolah
Nama Sekolah :
SDN Dadaha 2
Status :
Negeri
Alamat :
Jalan Dadaha No. 2
Kecamatan :
Tawang
Kota :
Tasikmalaya
Kode Pos :
46115
Kelurahan :
Kahuripan
Propinsi :
Jawa Barat
Nomor Statistik :
101327778016
Identitas anak yang berpenyimpangan perilaku:
1.
Identitas
a.
Data Pribadi
Nama :
Fahril M. Hamdani
Kelas :
2
Agama :
Islam
Tempat Tanggal Lahir :
Cikalang Girang
Jarak dari rumah ke sekolah :
500m
b.
Data Orang Tua
Nama Ayah :
Ahmad Nasihin
Tempat Tanggal Lahir :
02 Januari 1978
Agama :
Islam
Pendidikan Terakhir :
SMA
Pekerjaan :
Wiraswasta
2.
Keadaan Fisik Anak
Fahril memiliki porsi tubuh yang kecil
tapi walaupun begitu, ia termasuk salah satu anak yang ditakuti oleh
teman-temannya terutama anak perempuan.
3.
Aktivitas Belajar Anak di Kelas
Pada saat pembelajaran berlangsung,
Fahril mengikutinya dengan baik, akan tetapi pada saat guru memberikan
soal-soal latihan, Fahri tidak melaksanakannya dengan baik. la selalu
mengganggu teman-temannya
walaupun teman-temannya itu
sedang mengerjakan tugas.
4.
Masalah yang Dihadapi Anak
Menurut sumber yang penulis wawancarai
dan melihat secara langsung masalah yang dihadapi Fahril diantaranya:
§ Tidak bisa membedakan mana yang bagus dan mana yang jelek, mana yang
hams dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
§ Jarang mengerjakan tugas yang diberikan guru
§ Anak tidak bisa menahan atau menguasai emosinya
§ Sering mengganggu teman-teman sebayanya. Misalnya, dia suka
mengolok-olok/mengejek teman-temannya dengan menyebut nama orang tua dari
temannya, tidak hanya itu, dia juga
seka mengolok-olok ayah
temannya. Ketika pelajaran sedang
berlangsung pun ia
suka membuat
kegaduhan/keributan.
2.2 Diagnosa / Penyebab Timbulnya
Masalah
Dari gambaran di atas, ditakutkan anak tersebut :
- Tidak konsentrasi dalam belajar sehingga mengakibatkan prestasinya menurun
- Tidak disukai oleh teman-temannya sehingga bisa menyebabkan anak tersebut terisolir
Bila dilihat dari aktivitas belajarnya
di kelas, ia tidak terlalu menyukai tugas yang terstruktur, ia cenderung malas
mengerjakan tugas sehingga mengganggu teman yang lain. Ada dua kemungkinan yang
menyebabkan ia tidak mengerjakan tugas yaitu kurang adanya percaya diri dalam
diri sehingga tidak berani untuk berusaha semaksimal mungkin mengerjakan tugas
dan kedua ia merasa terlalu terbebani oleh tugas-tugas tersebut, hal ini
dilihat dari aktivitas belajarnya yang cukup baik bila guru sedang menerangkan
ataupun menyampaikan materi ajar.
2.3 Solusi/Cara Penanggulangan
yang Dilakukan
1.
Dari Guru
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan kepada wall kelas dari kelas 2, beliau memberikan solusi yang
dilakukannya selama ini, yakni:
§ Melakukan bimbingan ketika jam pelajaran dengan memberikan motivasi
pada siswa agar mengerjakan tugas
§ Memberikan hukuman yang mendidik bila tidak mengerjakan tugas.
2.
Dari Penulis
Setelah menanggapi hal/peristiwa di atas
maka penulis memberikan solusi berdasarkan hasil pemikiran dan membaca beberapa
sumber buku, yaitu :
§ Harus ada bimbingan individu terhadap siswa tersebut berupa motivator
§ Mengurangi beban tugas ataupun pekerjaan rumah kepada siswa, hal ini
ditimbang dari psikologi perkembangan peserta didik yang masih duduk di kelas
rendah yaitu kelas 2
§ Memberi perhatian dan melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut
§ Bertindak tegas terhadap siswa tersebut dengan hukuman yang mendidik
disamping mengurangi beban tugas kepada peserta didik.
2.4 Tindak Lanjut dan Evaluasi
Berdasarkan data perkembangan akademik
Fahril dari kelas 1 sampai sekarang, mengalami penurunan. Tugas yang diberikan
guru banyak yang tidak dikumpulkan sehingga mempengaruhi nilai. Setelah
dilakukan bimbingan oleh guru atau wali kelasnya, Fahril belum menunjukkan
perkembangan yang positif. Hal ini mendorong penulis untuk menerapkan solusi
yang telah dipaparkan di atas. Setelah beberapa minggu kemudian, penulis
mendapat laporan dari wali kelasnya bahwa Fahril mengalami sedikit kemajuan.
Walaupun sedikit namun menurut wali kelasnya, diharapkan dalam jangka waktu
yang lebih lama perilaku Fahril akan mengalami peningkatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk menyelesaikan permasalahan peserta
didik yang bermasalah tidak lepas dari bimbingan dan pengawasan guru secara
langsung berinteraksi dengan peserta didik. Faktor-faktor penyebab perilaku
bermasalah diantaranya: Faktor internal dan eksternal. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dalam menganalisis permasalahan peserta didik.
Setelah melaksanakan observasi, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar Fahril yang bermasalah di
kelas disebabkan oleh beban tugas yang terlalu berat menurut dirinya. Padahal
teman yang lain tidak terlalu merasa dibebani. Solusi yang ditawarkan penulis
cukup memberikan hasil yang baik.
3.2 Saran
Penulis menyarankan bahwa guru harus
mempertimbangkan perkembangan peserta didik. Tidak terpaku pada target
kurikulum saja yang menyebabkan guru membebani peserta didik yang belum siap
menerima beban yang terlalu berat. Disamping itu bimbingan harus dilakukan bagi
setiap peserta didik, tidak hanya diperuntukkan bagi yang bermasalah saja
tetapi yang tidak memiliki masalah pun harus mendapatkan bimbingan.
DAFTARPUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Bahri Djamarah, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga.
Jakarta : PT. Rineka ARTA.
Nurohsan, Juntika. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Mutiara.
Mappiarre, Andi. 2004. Pengantar Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.