BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi seorang guru, mengajar bukanlah persoalan yang mudah. Pada hakikatnya, pekerjaan seorang guru bukanlah semata-mata hanya datang ke sekolah untuk menceritakan, mentrasfer informasi ataupun ilmu pengetahuan kepada muridnya. Tetapi, tugas guru sebenarnya adalah untuk membentuk peserta didik yang cerdas dalam berbagai bidang.
Agar peserta didik dapat mencapai cita-citanya sebagai orang yang menuntut ilmu. Maka ia harus selalau belajar. Belajar bukanlah konsekwensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Akan tetapi,belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penyampaian informasi serta ceramah dalam kelas belum tetu membuahkan hasil belajar yang maksimal. Hasil belajar dapat berhasil jika untuk mengingat dan merasakan manfaatnya oleh peserta didik jika ia ikut aktif terlibat dalam proses pembelajaran, maka pembelajaran aktif (Active Learning) mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa arab, active learning sangat membantu dalam menguasai empat keterampilan (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Tanpa adanya peran aktif dari seorang peserta didik, maka pembelajaran tidak bisa berlangsung dengan baik. Pasalnya, bahasa identik dengan praktik dan kebiasaan. Oleh karenanya, jika peserta didik tidak berperan aktif dalam pembelajaran, maka ia sulit untuk menguasai empat keterampilan yang ada dalam bahasa arab. Karena keempat keterampilan tersebut dibutuhkan praktik dalam setiap pembelajaran.
Makalah ini mencoba untuk memaparkan strategi pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan metode active learning. Dengan menggunakan metode tersebut, diharapkan seorang calon guru dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan menyenangkan serta dapat berhasil membuat peserta didik untuk menguasai keempat keterampilan bahasa, khususnya bahasa arab.
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari pembelajaran aktif (Active Learning)?
Apa urgensi pembelajaran aktif (Active Learning)?
Apa alasan penggunaan pembelajaran aktif (Active Learning)?
Unsur-unsur apa sajakah yang terdapat dalam pembelajaran aktif (Active Learning)?
Apa prinsip-prinsip pembelajaran aktif (Active Learning)?
Bagaimana cara mengembangkan pembelajaran aktif (Active Learning)?
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan
a. Agar calon guru dapat mengetahui pembelajaran aktif (Active Learning)
b. Supaya calon guru menguasai konsep pengembangan pembelajaran aktif (Active Learning)
c. Agar calon guru dapat menggunakan aturan dalam pebelajaran aktif (Active Learning).
Manfaat penulisan
a. Calon guru bisa mengethui secara mendetail tentang pembelajaran aktif (Active Learning).
b. Calon guru dapat mengimplementasikan pembelajaran aktif kelak ketika ia terjun dalam dunia pendidikan.
c. Calon guru dapat mengkonsep pembelajaran aktif
BAB II
Pembahasan
Pengertian Pembelajaran aktif (Active Learning)
Active Learning merupakan salah satu aplikasi dari teori konsep tentang manusia menurut Abraham Maslow (Humanistik), di mana Maslow mengatakan bahwa potensi manusia tidak terbatas, maslow juga memandang manusia lebih optimis untuk menetap masa depan dan memiliki potensi yang akan terus berkembang.
Active learning mencoba untuk membuktikan bahwa semua anak punya potensi untuk berkembang sesuai dengan fasenya. Dengan strategi ini, potensi siswa dapat terus berkembang dengan dilihat dari tingkat kreativitasnya dan tentu saja dalam memecahkan masalah.
Active learning menjadikan siswa sebagai subyek belajar dan berpotensi untuk meningkatkan kreatifitas atau lebih aktif dalam setiap aktivitas pelajaran yang diberikan, baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam strategi ini siswa diarahkan untuk belajar aktif dengan cara menyentuh (touching), merasakan (feeling) dan melihat (looking) langsung serta mengalami sendiri, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan cepat dimengerti oleh siswa. Guru dalam hal ini dituntut untuk memotivasi siswa dan memberikan arahan serta harus menyediakan sarana yang lengkap.
Urgensi Pembelajaran aktif (Active Learning)
Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak peserta didik terlibat dalam belajar, maka mereka lebih banyak mengerti dan mengingat pembelajran dalam waktu yang lebih lama, karena kuncinya adalah keterlibatan. Howard Hendricks dalam bukunya ”Teaching to Changes Lives” mengatakan ”Pembelajaran maksimal adalah hasil dari keterlibatan maksimal” survey menunjukkan bahwa seseorang kehilangan pekerjaan bukan karena pengetahuannya, akan tetapi karena ketidakmampuannya dalam bekerjasama. Tom Jackson dalam bukunya ”Active That Theach” Penguasaan life skill merupakan persyaratan dasar untuk semua.
Alasan Penggunaan Pembelajaran aktif (Active Learning)
Spencer Kagan dalam bukunya”Coporative Learning” menyatakan bahwa pembelajaran aktif menjadikan para siswa mengunakan telentanya masing-masing dalam proses belajar, terlebih dengan mengkombinasikannya, tidak condong pada suatu kelompok saja. Hal itu terlihat sebagai berikut:
Siswa visual. Menampilkan yang terbaik ketika mereka mendapatkan sesuatu dari informasi baru yang kemudian dipresentasikannya.
Siswa auditori, menerima informasi melalui kata-kata yang diucapkan.
Siswa kinestetik, belajar dengan menggunakan gerakan.
Unsur-Unsur Pembelajaran (Active Learning)
Salah satu pembelajaran yang menggunakan pendekatan belajat aktif adalah adanya keaktifan guru dan siswa, sehingga terciptanya suasana belajar aktif. Untuk mencapai suasana belajar aktif tidak terlepas dari beberapa unsur-unsur yang mendukungnya.
Adapun unsur-unsur yang mendukung dalam pembelajaran active learning adalah sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memang peran penting. Pada bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Cara guru memperkenalkan materi pelajaran melalui contoh-contoh ilustrasi tentang kehidupan sehari-hari atau cara guru meyakinkan manfaat mempelajari pokok bahasan tertentu akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Pengalaman
Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indra daripada hanya melalui pendekatan[1]. Sedangkan menurut Zuhairini menyebutkan bahwa cara untuk mendapatkan suatu oengalaman adalah dengan mempelajari, mengalami dan melakukan sendiri[2]. Melalui membaca siswa lebih menguasai materi pelajaran yang mereka pelajari daripada mendengarkan penjelasan dari guru.
Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung dalam suasana diskusi dengan orang lain, berdiskusi, saling bertanya, mempertanyakan, atau saling menjelaskan. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas itu menjadi lebih baik.
Diskusi, dialog, dan tukar gagasan akan membantu anak menngenal hubungan –hubungan baru tentang sesuatu dan membantu memiliki pemahaman yang baik. Anak perlu bicara bebas dan tidak terbayang-bayangi dengan rasa takut sekalipun dengan peryataan yang menuntut argumen atau alasan.
Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemikakan gagasan sendiri maupun nilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.
Refleksi
Bila seseorang mengungkapkan gagasan kepada orang lain dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali gagasannya, kemudian melakukan perbaikan, sehingga memilki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi akibat adanya interaksi dan komunikasi. Umpan balik guru atau siswa lain terhadap hasil kerja seorang siswa ang berupa pernyataan yang menentang refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari.[3]
Selain unsur yang dapat mendukung terealisasikannya pembelajaran active learning tersebut, ada juga unsur yang mendukung lainnya di antaranya adalah sebagai berikut:
Memahami Peran guru
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap dan perilaku guru hendaknya selalau terbuka dan mau mendengarkan siswa. Dengan mempunyai sikap seperti itu, murid akan merasa dihargai dan diperhatikan. Selain itu, guru harus selalu memberikan umpan baik terhadap hasil kerja siswa. Karena dengan diberikannya umpan balik terhadap murid, maka siswa akan lebih giat untuk belajar lagi.
Manajeman Ruang kelas
Secara tidak langsung, ruang kelas mempengaruhi belajar siswa. jika ruang kelas tertata dengan baik, maka siswa akan merasa nyaman untuk belajar. Dengan merasa tenang itulah ia akan belajar dengan sungguh-sungguh, dan belajar aktif pun akan dapat terealisasikan dengan baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa unsur-unsur tersebut dapat mendukung terjadinya pembelajaran aktif. Karena dengan adanya pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi siswa akan selalau aktif untuk belajar dalam kelas. Selain itu, guru juga harus bisa membuat aktif para siswa. guru dapat memberikan stimulus kepada siswa agar ia selalau aktif.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pendekatan belajar aktif adalah tingkah laku yang mendasar bagi siswa yang selalu nampak dan menggambarkan keterlibatannya dalam proses belajar mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat disyariatkan sebagai keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
Sedangkan dalam strategi belajar aktif, guru harus mampu membuat pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik. Untuk itu seorang guru harus memperhatikan beberapa prinsip dalam menerapkan pendekatan belajar aktif , sebagaimana yang diungkapkan oleh Semiawan (1992: 10) dan Zuhairini (1993: 116-118) bahwa prinsip-prinsip penerapan pendekatan belajar aktif adalah sebagai berikut:
1. Prinsip motivasi
Motif adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
Ada dua jenis motivasi , yaitu motivasi dari dalam diri anak (intrinsic) dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi dari dalam diri dapat dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan untuk mecoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, misalnya melalui pujian, hukuman, misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan rumahnya. (Semiawan, 1992: 10).
2. Prinsip Latar atau Konteks
Kegiatan belajar tidak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas, para siswa yang mempelajari sesuatu hal yang baru telah pula mengetahui hal-hal lain yang secara langsung atau tak langsung berkaitan.
3. Prinsip keterarahan kepada titik pusat atau focus tetentu.
Seorang guru diharapkan dapat membuat suatu bentuk pola pelajaran, agar pelajaran tidak terpecah-pecah dan perhatian murid terhadap pelajaran dapat terpusat pada materi tertentu. Untuk itu seorang guru harus merumuskan dengan jelas masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab. Upaya ini akan dapat membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta akan memberikan arah kepada tujuan yang hendak dicapai secara tepat (Zuhairini dkk, 1993: 117)
4. Prinsip hubungan social atau sosialisasi
Dalam belajar para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secra bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok, dari pada jika dikerjakan sendirian olkeh masing-masing siswa. Latihan bekerja sama sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadian anak (Semiawan, 1992: 11)
5. Prinsip belajar sambil bekerja
Anak-anak pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas. Bekerja adalah tuntutan pernyataan dari anak. Karena itu, anak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata yang melibatkan otot dan pikirannya. Semakin bertambah kadar berpikir. Apa yang diperoleh anak melalui kegiatan bekerja, mencari, dan menemukan sendiri tak akan mudah dilupakan. Hal itu kan tertanam dalam hati sanubari dan pikiran anak. Para siswa akan bergembira kalau mereka diberi kesempatan untuk menyalurkan kemampuan bekerjanya (Semiawan, 1992: 11).
6. Prinsip perbedaan perorangan atau individualisasi
Zuhairini dkk (1993: 117) mengungkapkan bahwa “masing-masing individu mempunyai kecenderungan yang berbeda. Untuk itu para guru diharapkan tidak memperlakukan sama terhadap siswa-siswanya. Seorang guru diharapkan dapat mempelajari perbedaan itu agae kecepatan dan keberhasilan belajar anak dapatlah ditumbuh kembangkan dengan seoptimal mungkin”.
7. Prinsip menemukan
Seorang guru hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada semua siswanya untuk mencari dan menemukan sendiri beberapa informasi yang telah dimiliki. Informasi guru tersebut hendaknya dibatasi pada informasi yang benar-benar mendasar dan ‘memancing’ siswa untuk ‘menggali’ informasi selanjutnya. Jika para siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri informasi iyu, maka mereka akan merasakan getaran pikiran, perasaan dari hati. Getaran-getaran dalam diri siswa ini akan membuat kegiatan belajar tidak membosankan, malah menggairahkan (Zuhairini dkk, 1993: 117-118).
8. Prinsip pemecahan masalah
Seluruh kegiatan siswa akan terarah jika didorong untuk mencapai tujuan-tujuan tetentu. Guru menvapai tujuan-tujuan, para siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka terhadap masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa dihadapkan kepada situasi yang memerlukan pemecahan. Para guru hendaknya mendorong para siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berdata upaya untuk memecahkannya sejauh taraf kemampuan para siswa (Semiawan, 1992: 13).
Jika prinsip-prinsip ini diterapkan dalam proses belajar mengajar nyata diklelas, maka pintu kearah pendekatan belajar aktif (active learning strategy) mulai terbuka.
Konsep Pengembangan Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Agar dapat mengembangkan pembelajaran siswa aktif, maka memerlukan beberapa tahapan untuk mengimplementasikan konsep pembelajaran aktif (active learning). Adapun konsep yang dapat di kembangkan adalah dengan membentuk tim, penilaian sederhana dan keterlibatan belajar langsung.
Pembentukan tim, membentuk tim bukanlah hanya semata-mata untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Akan tetapi, pembentukan tim ini bermaksud untuk membantu siswa untuk lebih menguasai satu sama lain dan menciptakan semangat kerja sama dan interdependensi.
Selain pembentukan tim, penilaian sederhana juga diperlukan agar pembelajaran aktif dapat terealisasikan dengan baik. Adapun penilaian ini dapat berupan penilaian sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.
Keterlibatan belajar langsung dapat membantu untuk keberlangsungannya pembelajaran aktif. Siswa dapat diajak untuk terlibat dalam pembelajaran yaitu dengan cara memecahkan masalah bersama-sama, merangsang siswa untuk aktif belajar.
L. Dee Fink (1999) mengemukakan model active learning sebagai berikut: Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau apa yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat menerima anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar dan apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.
Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial, sebagaimana yang terjadi pada pengajar tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri. Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen, atau sebuah tulisan dan lain sebagainya.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Active Learning merupakan salah satu aplikasi dari teori konsep tentang manusia menurut Abraham Maslow (Humanistik), di mana Maslow mengatakan bahwa potensi manusia tidak terbatas, maslow juga memandang manusia lebih optimis untuk menetap masa depan dan memiliki potensi yang akan terus berkembang.
Active learning mencoba untuk membuktikan bahwa semua anak punya potensi untuk berkembang sesuai dengan fasenya. Dengan strategi ini, potensi siswa dapat terus berkembang dengan dilihat dari tingkat kreativitasnya dan tentu saja dalam memecahkan masalah.
Active learning menjadikan siswa sebagai subyek belajar dan berpotensi untuk meningkatkan kreatifitas atau lebih aktif dalam setiap aktivitas pelajaran yang diberikan, baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam strategi ini siswa diarahkan untuk belajar aktif dengan cara menyentuh (touching), merasakan (feeling) dan melihat (looking) langsung serta mengalami sendiri, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan cepat dimengerti oleh siswa. Guru dalam hal ini dituntut untuk memotivasi siswa dan memberikan arahan serta harus menyediakan sarana yang lengkap.
Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini tak luput penulisan dari kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk kritik dan sarannya yang konstruktif bagi penulis khususnya, guna kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Daftar Pustaka
Uno Hamzah, “Model Pembelajaran: menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan dan kreatif” Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2007
Sukandi “Belajar aktif dan terpadu: apa mengapa dan bagaiaman. Surabaya, Duta Graha Pustaka, 2003.
Mahmudah umi, dan Rosyidi Abdul Wahab, “Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab” UIN Malang, 2008.
Silberman Melvin l, “active learning: 101 cara belajar siswa aktif”, Nusamedia, 2006.
Silberman Mel “Active Learning, 101 strategi pembelajaran aktif”, Pustaka Insan Madani 2002.
www.kabar-pendidikan.blogspot.com
www.arminaperdana.blogspot.com,
www.kmp-malang.com
[1]Uno Hamzah, “Model Pembelajaran: menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan dan kreatif” Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2007, hal 3-4
[2] Sukandi “Belajar aktif dan terpadu: apa mengapa dan bagaiaman. Surabaya, Duta Graha Pustaka, 2003.
[3] Sukandi, Op, Cip, hlm 11